Bopelnews – Siaga Darurat Bencana Kekeringan hingga Akhir Agustus
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menetapkan status Siaga Darurat Bencana Kekeringan di wilayah DIY mulai 1 hingga 31 Agustus 2024.
“Penetapan status ini karena telah ada sejumlah kabupaten terdampak kekeringan, status bisa di perpanjang apabila kekeringan berkepanjangan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad, Senin 5 Agustus 2024.
Penetapan siaga darurat tingkat provinsi ini menyusul adanya penetapan status darurat di setiap wilayah paling terdampak kemarau saat ini, yakni Kabupaten Gunungkidul, Kulon Progo dan Sleman yang sebelumnya telah mengeluarkan status siaga darurat hidrometeorologi.
Langkah Penanganan Kekeringan
Status siaga darurat di lakukan untuk kebutuhan mengambil langkah penanganan bencana kekeringan. Langkah itu antara lain merealisasikan rencana operasi modifikasi cuaca yang melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
juga penyaluran kebutuhan air bersih di wilayah-wilayah yang mengalami krisis.
Noviar menuturkan ada sejumlah potensi dampak yang perlu di waspadai pada status siaga darurat bencana ini bagi warga yang berada di Yogyakarta.
Dampak kekeringan tidak hanya membuat sulitnya mencari air bersih, tetapi juga memicu bencana lainnya seperti kebakaran lahan
Terdeteksi sejak Juli
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau sebenarnya sudah terdeteksi sejak Juli 2024 lalu. Puncak musim kemarau di perkirakan berlangsung hingga Agustus 2024.
“Akhir musim kemarau di perkirakan September 2024 dasarian pertama, di mulai Kabupaten Kulon Progo bagian utara,” ujarnya.
BMKG menyatakan, pada puncak kemarau ini, perlu di waspadai soal Fine Fuel Moisture Code atau FFMC yang tampak dari kajian peta satelit.
FFMC menunjukkan tingkat potensi kemudahan terjadinya kebakaran di tinjau dari parameter cuaca pada bahan-bahan ringan
mudah terbakar di lapisan atas permukaan tanah. FFMC di wilayah DI Yogyakarta tergambarkan zonasinya berwarna merah alias sangat kering dan sangat mudah terbakar. “Ini mewakili tingkat kekeringan bahan-bahan ringan mudah terbakar seperti humus permukaan, sampah dedaunan kering
alang-alang, dan bahan ringan lain yang biasanya menutupi lantai hutan pada kedalaman 1-2 cm.
Tinggalkan komentar